Polydipsia adalah istilah bagi merpati yg banyak minum. Merpati tampak selalu kehausan, hingga dia minum dg volume besar yg tidak wajar. Telihnya penuh dengan air.
Kotorannya biasanya berair kadang disertai lendir. Warna kotoran umumnya hijau pada bagian yg solidnya.
Kadang dibarengi bau tidak sedap juga. Umumnya juga disertai dg bulu yg kusam. Kondisi ini bisa berlangsung cukup lama, bisa sampai 8 minggu.
Polydipsia sendiri bukanlah suatu penyakit, tapi lebih pada gejala klinis. Artinya ada penyakit yg sedang berproses di tubuh merpati.
Bahasa lain ada bagian yg infeksi di tubuh burung. Kalo dianalogikan pada manusia.
Burung sedang dalam kondisi “demam” dg banyak minum air, burung berusaha menurunkan suhu tubuhnya yg memanas.
Penyebabnya banyak sekali, bisa berderet-deret kalo disebutkan. Saya sebutkan kemungkinan yg teratas saja.
Pada merpati kasus ini sering muncul karena dipicu oleh infeksi yg disebabkan oleh canker (tricomonas), atau bahasa kita Goham. Telih yg berair juga bisa disebabkan oleh komplikasi “Adeno-Ecoli Syndrom”.
Bisa juga salah dalam pemberian grit, hingga merpati keracunan logam berat. Keracunan zinc bisa menyebabkan polydipsia juga.
Ini umumnya berkaitan juga dg sumber air yg digunakan. Ada kemungkinan lain yaitu kekurangan vitamin A.
Penanganannya mengikuti penyebabnya. Tentukan dulu sebabnya, baru kita bisa melihat opsi tindakan selanjutnya.
Penanganan darurat dg asumsi kita bingung berhadapan dg apa. Maka tindakan awal kita netralisir dulu zat-zat jahat di dalam telih dan sepanjang pecernaan.
Beberapa jenis bakteri dan jamur juga melepaskan sejenis racun. Termasuk bila keracunan logam berat. Semua itu bisa kita netralkan dg sodium bikarbonat (baking soda).
Takarannya 5-10% utk seliter air minum. Atau 5 sampai 10 gr, atau lagi ¼ sampai ½ sendok teh. Tindakan lain kita gunakan obat sesuai dugaan penyebabnya.
Kalo goham bisa dg metronidazole, kalo bakteri bisa pakai antibiotik spektrum luas, atau 2 jenis dikombo (kalo paham). Selanjutnya kita hanya bisa berharap mereka sembuh…